Tuesday, August 24, 2010

keajaiban gelombang otak kita

awwalul kalaam.......
inilah visualisasi dari EEG [ Electro Enchephalo Graph......? ] alat pengukur/pendeteksi pancaran gelombang yang dihasilkan oleh otak kita dalam waktu-waktu tertentu.......
kapan dan bagaimana perihalnya, keep in toch in this web buddy........
ato ada yg mo buka discuss...??

Monday, August 23, 2010

Yang Tersirat dari 'cara orang Ngupil'

Pernyataan buat yang seneng ngupil

Ga ada maksud apa-apa dibalik semua ini, ini hanya sekedar joke. silahkan saja di simak baik-baik.

Mungkin kita sering banget ngupil ya gak ? Apalagi pas lagi dapet banyak gak tanggung2 pasti tuh jari masuk ampe dalem banget.
Nah dari cara ngupil dapet diliat type orang termasuk ke tipe apaan :

1. Orang yang taat beragama, Berdoa dulu sebelum ngupil
2. Orang yang tidak berpendidikan, Menggunakan jari orang lain untuk ngupil.
3. Orang yang suka ganti suasana, Selalu menggunakan jari yang berbeda tiap kali ngupil
4. Orang yang menganggap waktu adalah uang, Kalo ngupil, 2 lobang sekaligus (Sekali mendayung, 2 pulau terlampaui)
5. Orang yang perfeksionis, Kalo mau ngupil ia mencuci tangannya sampai bersih. Setelah ngupil, tangannya dicuci lagi, dan hidungnya dikompres dengan
alkohol, untuk mencegah terjadinya infeksi karena saat ngupil, bisa saja jari tangan melukai hidung
6. Orang yang berlibido tinggi, Saat ngupil, jarinya di masukkan dan dikeluarkan dan dimasukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan dan dimasukkan dan dikeluarkan sampai keluar lendir.
7. Orang yang tidak berpendidikan tapi punya sopan santun, Menggunakan jari orang lain untuk ngupil, dan mengucapkan terima kasih setelah selesai.
8. Orang yang inovatif, Menggunakan jari kaki untuk ngupil
9. Orang berjiwa samurai, Saat ngupil, jari dimasukkan ke hidung, ditarik ke atas, diturunkan kebawah,tarik ke kiri kemudian tarik ke kanan.
10. Orang yang suka petualangan, Selalu mencoba untuk meraih celah yang tak pernah diraih tiap kali ngupil.
11. Orang yang mempunyai time-management yang tinggi, Ada jadwal tuk ngupil per minggu, dan selang waktu untuk ngupil tiap kali ngupil
12. Orang yang bagaikan punguk merindukan bulan, Mencoba untuk melompat lompat, dan mengharapkan upilnya akan turun dengan sendirinya.
13. Orang yang punya kecenderungan “Psychopath” , Hanya akan berhenti ngupil setelah hidungnya berdarah.
14. Orang yang nggak tahan digelitik, Sambil ngupil, sambil tertawa.
15. Orang yang mengikuti perkembangan teknologi, Ngupil dengan memakai antenna handphone.
16. Orang yang nggak mau menghabiskan waktu untuk melakukan hal sia-sia, Membuka lebar hidungnya dan menyuruh orang lain untuk mengintip apakah
ada upil di dalam, karena nggak mau sia-sia masukin jari ke hidung tapi ternyata nggak ada upil.
17. Orang yang berjiwa oriental, Menggunakan sumpit untuk ngupil
18. Orang yang pilih kasih, Hanya ngupil lobang hidung sebelah kiri, sedangkan yang kanan dibiarkan begitu saja.
19. Orang yang adil, arif dan bijaksana, Kalo upil dari lobang hidung sebelah kiri lebih banyak dibanding upil dari hidung sebelah kanan, maka dia akan masukkan sedikit upil dari lobang hidung sebelah kiri kedalam lobang hidung sebelah kanan, baru mulai ngupil lagi
20. Orang yang plin plan, alias baru makan buah simalakama, Ngupil salah, nggak ngupil salah, ngupil salah, nggak ngupil salah
21. Orang yang latah, Saat kuku tangan tanpa sengaja melukai hidung, maka dia akan berteriak “EH MAMA KU UPIL EH UPIL KU MAMA”
22. Orang yang pelupa, Saat jari tangan sudah di dalam hidung, sesaat dia lupa apa yang ingin dia lakukan dengan memasukkan jari ke hidung.
23. Orang yang ceroboh, Orang yang setelah selesai ngupil lobang hidung sebelah kiri, kemudian lupa untuk ngupil lobang hidung sebelah kanan.
24. Orang yang punya kecenderungan “Copy Cat”, Setelah ngupil, dia akan berkata; “Ngupil? Siapa takut… [ diambil dari web seorang sahabat, maya.... ]

Sunday, August 22, 2010

Ketika Saya sedang Futur

saya ini sedang futur
terbukti dengan ogah-ogahan datang ke pengajian tiap pekan
dengan alasan klasik kuliahlah, lelahlah, kerjalah, sibuklah, inilah, itulah

saya ini sedang futur
jarang baca buku tentang Islam, lagi demen baca koran
dulu tilawah tidak pernah ketinggalan sekarang satu lembar udeh lumayan
tilawah sudah tidak berkesan, nonton layar emas ketagihan

saya ini sedang futur
mulai malas sholat malam, jarang bertafakkur
ba’da shubuh, kanan kiri salam, lantas kembali mendengkur
apalagi waktu libur, sampai menjelang dzuhur

saya ini sedang futur
lihat perut semakin buncit, karena junkfood dan pangsit
kalo infaq mulai sedikit dan mulai pelit
apalagi shaum sunnah, perut rasanya ogah

saya ini sedang futur
tak lagi pandai bersyukur
seneng disanjung dikritik murung

saya ini sedang futur
malas ngurusin da’wah, rajin bikin ortu marah
sedikit sekali muhasabah, sering kali meng ghibah

ya..saya memang sedang futur

mengapa saya futur......???
mengapa tidak ada satu ikhwan pun yang menegur dan menghibur??
kenapa batas-batas mulai mengendur??
kepura-puraan, basa basi dan kekakuan subur??
kenapa di antara kita sudah tidak jujur??

kenapa ukhuwah di antara kita sudah mulai luntur??
kenapa di antara kita hanya pandai bertutur??
Ya Allah..berikan hambaMu ini pelipur
agar saya tidak semakin futur
apalagi sampai tersungkur...

ente tau ane lagi futur
sedikit dzikir, banyakan tidur belajar ngawur, IP pun hancur
shohib- shohib kagak ada yang negur

ente tau ane lagi futur
hati beku, otak ngelantur mikirin orang se-dulur,
diri sendiri kagak pernah ngukur

ente taulah ane sekarang
seneng duduk di kursi goyang,
perut kenyang hati melayang
mulut sibuk ngomongin orang,
aib sendiri nggak kebayang

ente tau ane bengal
bangun malem sering ditinggal
otak bebal banyak mengkhayal,
udeh lupa yang namanya ajal

ente tau ane begini
udah sok tau,
seneng dipuji........                                                                                                     
ngomong sok suci kayak murrabi,
kagak ngaca diri sendiri

ente tau ane gegabah
petantang petenteng merasa gagah,
diri ngaku-ngaku ikhwah kalo mo muhasabah,
diri ini nggak beda sama sampah

ente tau ane sekarang udah kalah di medan perang
ane pengen pulang kandang,
ke tempat ane dulu datang


nb: buat semua saudaraku....kunjungilah saudaramu tengoklah dia barang sebentar....
mungkin keimanannya sedang berada diujung tanduk
mungkin keimanannaya sedang dipertaruhkan..
raihlah dia..rengkuhlah dia
ajaklah dia bersama melihat terbitnya fajar kebangkitan Islam
ajaklah dia bersama menuju cinta NYA menuju surgaNYa menuju ampunan NYA

janganlah sibuk dengan diri sendiri pedulilah dengan sekelilingmu
pedulilah dengan mereka yang mengharap datangnya secercah cahaya
jadilah orang yang bermanfaat untuk orang-orang disekitarmu

Saturday, August 21, 2010


Link video training M2S SMUN I Probolinggo, silahkan klik link diatas


Tuesday, August 3, 2010

MANFAAT OUTBOND'S

Belakangan ini, banyak perusahaan yang tidak segan-segan mengeluarkan dana ekstra untuk 'mengirim karyawannya ke tempat-tempat terpencil seperti ke daerah pegunungan. Sambil berekreasi, para peserta outbound juga belajar. Tetapi, jangan dibayangkan pembelajaran dalam suasana formal, dengan sederetan kursi dan pengajar yang sibuk cuap-cuap di depan kelas.

Sebaliknya, metode yang digunakan sangat mengasyikkan banget. Lokasinya biasanya berada diluar ruangan alias outdoor. Tidak heran, kalau metode belajar yang dilakukan juga lebih bersifat petualangan dan permainan. Bahkan seringkali ada peserta yang tidak menyadari, bahwa mereka sebenarnya sedang 'dididik'. Kegiatan semacam ini punya banyak nama. Ada yang menyebutnya company outing, adventure education, team building, motivation training, outbound, dan sebagainya. Pasti Anda pernah dengar kan….?


Awalnya

Menurut Iwan Riswandi, programmer dan intructor di Pelopor Adventure Camp, metode pelatihan memanfaatkan tantangan dialam terbuka. Awalnya diperkernalkan pada tahun 1941 oleh Kurt Hahn, tokoh pendidik berkebangsaan Jerman. Saat itu, Hahn prihatin melihat pelaut-pelaut muda (junior) di Inggris yang produktivitas maupun mentalnya kalah jauh dengan pelaut yang sudah senior. Bila kondisi tersebut terus dibiarkan, tentu akibatnya kurang baik. Selain butuh waktu lama untuk 'menciptakan' pelaut andal, proses regenerasi akan berjalan lambat.

Nah, untuk mengatasi persoalan tadi, Hahn membuat konsep outward bound. Dalam konsep ini, Hahn mengembangkan sebuah program pelatihan sebagai medium bagi pelaut junior agar mereka dapat belajar mengenali potensi diri masing-masing. Pelatihan dilakukan dengan memberi studi kasus dan simulasi atas berbagai permasalahan yang kerap terjadi pada kehidupan sehari-hari. Hasilnya? Kualitas SDM, yang mengikuti program outbound, terbukti mengalami peningkatan.

Melihat kesuksesan tersebut, akhirnya konsep outward bound pun berkembang diseluruh dunia termasuk Indonesia. Di tahun 1990, pemegang lisensi Resmi Outward Bound® International membuka cabang di Jawa Timur, disusul dengan perusahaan-perusahaan lain yang menawarkan jasa serupa. Untuk memudahkan pelafalan, masyarakat kerap menyebutnya sebagai outbound.


Kenapa di luar ruangan

Meski tidak harus, mayoritas outbound memang dilakukan di ruang terbuka. Metode yang digunakan pada outbound adalah experiential learning, belajar dari pengalaman. Metode ini akan lebih efektif, kalau peserta langsung praktek. Retensi (masa daya ingat) akan lebih panjang dibandingkan dengan peserta sekadar belajar teori di dalam kelas. Besar kecilnya kelas bisa pula berpengaruh dan membatasi aktivitas pembelajaran.

Lagipula, menurut Salman M. Noer, konsultan Sal and Zhem Connection, pendekatan dengan aktivitas outdoor dianggap lebih bisa mengakomodasi metode pembelajaran orang dewasa (adult learning). Orang dewasa kurang menyukai suasana formal, karena bisa menghambat proses berpikir.

"Sebaliknya, orang dewasa justru akan mengalami kemajuan bila dihadapkan pada masalah-masalah nyata. Dengan begitu, kemampuan problem solving pun akan terasah. Suasana santai juga memungkinkan terciptanya ide-ide segar," ujar Salman. "Permainan yang disajikan dalam outbound memang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bukan hanya psikomotorik (fisik) peserta yang 'tersentuh' Tapi, juga afeksi (emosi) dan kognisi (kemampuan berpikir). Karenanya, perusahaan yang menyediakan jasa outbound biasanya memakai bantuan psikolog saat menyusun program dan kurikulum." Lanjut Iwan.


Segudang manfaat

Sekilas, outbound memang terkesan sebagai aktivitas santai-santai belaka. Bagaimana tidak? Habis, aktivitasnya hanya berkutat diseputar permainan yang seru dan menyenangkan. Dilakukannya pun dalam suasana santai. Namun demikian, jangan diremehkan kegiatan yang satu ini. Soalnya, dibalik image santai dan senang-senang, ada segudang manfaat yang bisa dipetik dari kegiatan outbound ini.

Antara lain, bisa mempererat kekompakan antar karyawan. Hampir semua kegiatan outbound selalu dilakukan secara berkelompok. Untuk bisa menyelesaikan suatu tantangan, diperlukan banget kerja sama tim. “Together Everyone Achieves More [TEAM].

Dengan terciptanya semangat kerjasama dan perasaan senasib sepenanggungan, maka solidaritas akan muncul dengan sendirinya. "Outbound juga bisa menghilangkan gap antara karyawan lama dengan karyawan baru yang sering terjadi. Kalau senior beserta junior berada disatu tim, mau nggak mau mereka 'dipaksa' melakukan segalanya bersama-sama. Yang tadinya mungkin di kantor hanya sekedar tahu nama, setelah outbound mereka akan lebih akrab," jelas Salman.

Beragam tingkat kesulitan dalam permainan juga dapat membangun sikap pantang menyerah dan menumbuhkan rasa percaya diri (self-confidence) dalam diri peserta, terutama saat mereka berhasil menyelesaikan permainan. Keberanian dalam menghadapi tantangan dan mengambil resiko pun akan terbangun selama peserta mengikuti outbound.

Manfaat lainnya, outbound dapat mengasah kemampuan bersosialisasi. Pada saat bergabung dalam sebuah tim, peserta akan bertemu dan bekerjasama dengan orang-orang yang mungkin memiliki kepribadian berbeda dengan dirinya. Kondisi tersebut akan menjadikan peserta lebih menghargai perbedaan disekitarnya.

Manfaat lain mengikuti outbound adalah:

Ø Meningkatkan kemampuan mengenal diri dan orang lain.

Ø Melatih ketahanan mental dan pengendalian diri.

Ø Menumbuhkan empati.

Ø Melahirkan semangat kompetisi yang sehat.

Ø Meningkatkan jiwa kepemimpinan.

Ø Melihat kelemahan orang lain bukan sebagai kendala

Ø Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan dalam situasi sulit secara cepat dan akurat.

Ø Membangun rasa percaya diri.

Ø Meningkatkan rasa kebutuhan akan pentingnya kerja tim untuk mencapai sasaran secara optimal

Ø Investasi jangka panjang


Kalau begitu, apa keuntungannya bagi perusahaan? Masa sudah mahal-mahal membiayai, yang mendapat manfaatnya hanya karyawan. Sebenarnya, kegiatan outbound merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan karena permainan dalam outbound mengandung berbagai 'nilai terselubung' yang dapat meningkatkan kualitas SDM. Justru secara tidak langsung perusahaanlah yang akan memetik keuntungan.

Sebagai contoh, kekompakan karyawan semasa outbound akan terbawa ketika karyawan sudah kembali ke dunia kerja. Jadi dalam menghadapi tantangan, mereka akan lebih solid. Tentunya, iklim organisasi yang kondusif seperti ini akan meningkatkan kinerja para karyawan yang dapat memajukan perusahaan.

Kalau suasana kantor penuh keakraban, perusahaan bisa berharap akan terciptanya peningkatan kinerja dan performa yang lebih baik, kan? Dalam benak kita pun akan tertanam bahwa segala keberhasilan maupun kegagalan merupakan tanggung jawab bersama.


8 Kecerdasan by Gardner 

Tidak ada murid yang bodoh !, setiap murid hampir dapat dipastikan memiliki satu atau dua jenis kecerdasan yang sangat menonjol. Dengan paradigma baru yang menganggap bahwa tidak ada murid yang bodoh, setiap guru akan memandang muridnya sebagai manusia manusia yang memiliki potensi untuk berprestasi. Setia guru akan berusaha keras—mengutip ajaran “Bapak Accelerated Learning” Georgi Lazanov–membangun sugesti positif di dalam kelas dan kemudian memunculkan minimal satu kecerdasan yang menonjol yang dimiliki setiap muridnya. Menurut penelitian Howard Gardner, di dalam diri setiap anak tersimpan delapan jenis kecerdasan yang siap berkembang. Ia memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas tersebut menjadi delapan kategori yang komprehensif atau delapan “kecerdasan dasar”.

1. Kecerdasan Linguistik. Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya, pendongeng, orator, atau politisi) maupun tertulis (misalnya, sastrawan, penulis drama, editor, wartawan). Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa. Penggunaan bahasa ini antara lain mencakup retorika (penggunaan bahasa untuk memengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu), mnemonik/hafalan (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi), eksplanasi (penggunaan bahasa untuk memberi informasi), dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri).


2. Kecerdasan Matematis – Logis. Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya, ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya, sebagai ilmuwan, pemrogram komputer, atau ahli logika). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat), fungsi logis dan abstraksi abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis-logis ini antara lain : kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan, dan pengujian hipotesis.

3. Kecerdasan Spasial. kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat (misalnya, sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya, dekorator interior, arsitek, seniman, atau penemu). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antarunsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial.

4. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani. Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya, sebagai aktor, pemain pantomim, atlet, dan penari) dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya, sebagai perajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Kecerdasan ini meliputi kemampuan kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemempuan menerima rangsangan (proprioceptive) dan hal yang berkaitan dengan sentuhan (tactile&haptic).

5. Kecerdasan Musical. Kemampuan menangani bentuk bentuk musical, dengan cara mempersepsi (misalnya, sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya, sebagai kritikus musik), menggubah (misalnya, sebagai komposer), dan mengekspresikan (misalnya, sebagai penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titinada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. Orang dapat memiliki pemahaman musik figural atau “atas-bawah” (global, intuitif), pemahaman formal atau “bawah-atas” (analitis-teknis), atau keduanya.

6. Kecerdasan Interpersonal. Kemampuan memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya, memengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu).

7. Kecerdasan intrapersonal. Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri); kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri.

8. Kecerdasan Naturalis. Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies—flora dan fauna—di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fonomena alam lainnya(misalnya, formasi awan dan gunung gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup, seperti mobil, sepatu karet, dan sampul kaset CD.

Itulah delapan kecerdasan dasar yang dikemukakan oleh Gardner. Semoga bisa dijadikan referensi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

“Semua anak adalah anak yang berbakat. Tiap tiap anak terlahir ke dunia dengan potensi yang unik, yang jika dipupuk dengan benar, dapat turut memberikan sumbangan bagi dunia yang lebih baik. Tantangan terbesar bagi orangtua dan guru adalah menyingkirkan batu besar yang menghalangi jalan mereka dalam menemukan, mengembangkan, dan merayakan anugrah yang mereka miliki itu.” (Thomas Armsrong, Ph.D)